Pihak Keluarga Brigadir Yosua Minta Usut 7 Kejanggalan Tewasnya Nopryansah Yosua Hutabarat
Rabu, 13-07-2022 - 15:23:56 WIB
Baca juga:
   
 

Jakarta - Pihak keluarga meminta kasus tewasnya Brigadir J atau Nopryansah Yosua Hutabarat (Brigadir Yosua) diusut tuntas.

Peristiwa itu terjadi di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan (Jaksel), pada Jumat (8/7) pukul 17.00 WIB.

Tim khusus yang dibentuk Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sudah mulai bekerja untuk mengusut insiden baku tembak tersebut. Tim khusus ini dipimpin Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono.

"Oleh karena itu, saya telah membentuk tim khusus yang dipimpin oleh Pak Wakapolri, Pak Irwasum, kemudian ada Pak Kabareskrim, Pak Kabik (Kabaintelkam) kemudian juga ada As SDM, karena memang beberapa unsur tersebut harus kita libatkan, termasuk juga fungsi dari Provos dan Paminal," kata Jenderal Sigit di Mabes Polri, Selasa (12/7) kemarin.

Komnas HAM dan Kompolnas turut disertakan dalam tim khusus itu. Dia memastikan proses penyelidikan, penyidikan, hingga temuan terkait kasus itu akan disampaikan transparan dan periodik sehingga menjawab keraguan publik.

Jenderal Sigit mengatakan proses pengusutan kasus dilakukan secara objektif dan transparan. Dia juga memastikan penyelidikan dan penyidikan kasus tetap menjunjung HAM dan undang-undang.

Jenazah Brigadir J telah diserahkan ke pihak keluarga di Jambi. Pihak keluarga pun mempertanyakan sejumlah kejanggalan.

Berikut pengakuan keluarga Brigadir J:
1. Brigadir J Kena 7 Luka Tembak

Brigadir J mengalami 7 luka tembakan hingga akhirnya meninggal. Luka-luka tersebut berasal dari 5 tembakan yang dilepaskan Bharada E.

Pihak keluarga curiga atas banyaknya luka tembak tersebut. Mereka menilai tak seharusnya Brigadir J mendapatkan luka tembak sebanyak itu.

"Kalau memang adik saya melakukan hal tersebut, kenapa ditembak sebanyak itu. Itu nggak masuk logika, melakukan tembakan pertama nggak kena sasaran, kalau memang dia melakukan pelecehan, kenapa tembakan seperti itu, seperti pembunuhan secara brutal," kata kakak Brigadir Yosuha, Yuni Hutabarat, Selasa (12/7).

Keluarga menyesalkan dan minta kasus diungkap transparan. Yuni berharap kejadian ini bisa diproses seadil-adilnya.

"Kalau mungkin dia bersalah, cukup dilakukan penembakan sekali, terus dilumpuhkan, dibawa diadili atau langsung dipecat kan bisa," katanya.
2. Tak Percaya Brigadir J Lecehkan Istri Kadiv Propam

Yuni juga mengaku tak yakin adiknya melakukan pelecehan terhadap istri Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo. Apalagi tuduhan itu tanpa dilengkapi bukti.

"Saya rasa sesuatu yang disebutkan tanpa bukti nyata itu kan sama saja seperti hal mengada-ada ya. Kami di sini butuh bukti nyata," ujar Yuni kepada detikSumut, Senin (11/7).

Dia hanya berharap agar kejadian tewasnya adiknya itu bisa diusut tuntas dan lebih terbuka. Yuni tidak ingin almarhum adiknya malah disudutkan dalam kasus ini.

"Mustahil kan di rumah dinas seorang jenderal tidak ada CCTV-nya," terang Yuni.
3. Curiga Luka di Tubuh Brigadir J

Pihak keluarga juga curiga terhadap luka yang ada di tubuh Brigadir J. Dia mengatakan ada luka bekas tembakan hingga memar yang diduga bekas penganiayaan.


"Belum keseluruhan diperiksa, kami lihat melakukan penambahan formalin ada di dada, agak ke kanan, bahu kanan, terus kami tanyakan, kok di mata ada seperti bekas pisau sangkur, tapi polisi bilang itu kena bekas tembakan. Tembus dari mana itu goresan peluru, nggak ada benda tajam, di hidung tak ada bekas tembakan," sebutnya.

Menurutnya, bekas penganiayaan dapat terlihat jelas di wajah Brigadir J. Sebab, rahang Brigadir Yoshua bergeser. Begitu juga dengan sejumlah luka memar di bagian tubuh dan kaki korban.
4. Tak Ada CCTV di Rumah Kadiv Propam

Yuni Hutabarat tak percaya almarhum adiknya melecehkan istri Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo. Dia meminta hal itu dibuktikan, salah satunya lewat rekaman CCTV.

"Perwakilan dari Mabes Polri bilang tidak ada CCTV, kan tidak masuk logika di rumah dinas seorang jendral tidak ada CCTV," ujar Yuni, Selasa (12/7).

Yuni juga mendapatkan informasi adiknya sudah pernah melakukan kesalahan yang sama beberapa waktu lalu. Namun dia heran kenapa adiknya masih dipercaya menjadi ajudan Kadiv Propam.

"Kalau memang benar salah, katanya kan almarhum ada melakukan dua kali, kenapa masih dipakai (ajudan)," katanya.
5. HP Brigadir J Tak Ditemukan

Yuni mempertanyakan soal keberadaan ponsel milik adiknya. Melalui ponsel itu dia yakin akan banyak hal baru yang bisa terungkap.

"Kami juga menanyakan handphone adik kami, itu sampai sekarang tidak ada disampaikan ke kami. Alasannya tidak ditemukan, padahal bukti lain katanya bisa ditemukan, HP kok nggak bisa ditemukan," tanya dia.

Dia curiga ponsel atau HP milik adiknya sengaja dihilangkan atau dibuang. Apabila tidak ditemukan di lokasi penembakan, kata dia, harusnya HP adiknya ada di kamar atau di tempat lain.

"Dibuang atau dihilangkan dengan sengaja. Padahal kan di rumah itu pasti, ketika melakukan baku tembak pasti HP tinggal di rumah atau di kamar almarhum, kok tak bisa ditemukan," ungkapnya.

7 Kejanggalan Tewasnya Brigadir J yang Diungkap Keluarga

"Kami perlu bukti, bisa ngecek HP dan percakapan dengan istri Kadiv Propam," lanjutnya.
6. Brigadir J Disebut Pernah Diancam Dibunuh

Yuni mengatakan adiknya pernah mendapat ancaman pembunuhan. Dia mengatakan Brigadir J pernah cerita kepada pacarnya yang ada di Bangko Merangin, Jambi.

"Ternyata dia pernah cerita di sini sama pacarnya, bahwasanya, tidak tahu kapan pastinya bercerita, pacarnya itu baru kasih tahu kemarin setelah datang jenazah almarhum. Bahwasanya almarhum dapat ancaman ingin dibunuh," kata Yuni, Selasa (12/7).

"Dia tidak berani cerita ke orang tua kami, takut drop atau apa, tapi dia bercerita seperti itu," katanya.

Menurut Yuni, semasa hidup, adiknya tidak pernah menceritakan hal yang jelek-jelek. Bahkan Brigadir J juga cerita sudah dianggap sebagai keluarga oleh Kadiv Propam.

"Dia tidak pernah menceritakan kesedihan, selalu menceritakan kebaikan, bahwa Pak Sambo dan Ibu baik, dia sudah dianggap anak sendiri, dia nggak pernah diperlakukan hal buruk," ungkapnya.
7. Sempat Dilarang Lihat Jenazah Brigadir J

Keluarga mengaku sempat dilarang melihat jenazah Brigadir J. Pihak keluarga sempat dilarang membuka peti jenazah Brigadir Yosua dengan alasan sudah menjalani proses autopsi.

"Ayahnya waktu itu minta peti itu dibuka karena kan pengin lihat anaknya, kan. Awalnya tidak boleh dibuka karena sudah proses autopsi," kata salah satu keluarga, Rohani Simanjuntak, Rabu (13/7).

Orang tua Brigadir Yosua tetap ingin membuka peti itu. Mereka tak mau tanda tangan penyerahan jenazah jika peti tak dibuka.

"Lalu, setelah runding-runding, barulah dibuka petinya dan dilihat cuma sebatas dua kancing pakaian saja. Waktu itu dibuka sambil menunjukkan kalau di tubuhnya sudah dilakukan autopsi," ucap Rohani.

Pada saat itu, polisi utusan dari Jakarta lantas menjelaskan tentang luka-luka yang ada di tubuh Brigadir Yosua. Mereka juga menjelaskan kronologi insiden baku tembak di antara dua polisi itu.

Pada Minggu (10/7), keluarga kembali penasaran terhadap kondisi tubuh Brigadir Yosua, yang disebut tewas akibat baku tembak dengan dugaan yang dibeberkan.

"Pada hari Minggu kami buka lagi peti itu. Di situ kami lihatlah ada kejanggalan, mulai bentuk sayatan di muka, lalu ada luka lebam di perut, lalu kami buka kaus kakinya ada juga luka di bagian kaki itu. Cuma di bagian pinggang yang celananya tidak kami buka, cuma bagian atas sampai pinggang serta kaus kakinya saja, dan di situ kami lihat ada kejanggalan," ucap Rohani.

Sumber: detik.com




 
Berita Lainnya :
  • Dandim Apresiasi Prajurit yang Melaksanakan Purna Tugas
  • PPI Sumut, Detektif Monitor dan P.BKMAD Berkolaborasi Membangun Kesejahteraan dan Meluruskan Sejarah Melayu Deli
  • LSM Garda Timur Indonesia Memperkuat Sinergitas dengan Deninteldam XIII/Mdk
  • Hendrik Pakpahan, S.H Mengapresiasi Kinerja Penyidik Polrestabes Medan
  • Plt Kajari SBB dan Jajaran Ikuti Kunjungan Kerja Virtual Jaksa Agung RI
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
    + Indeks Berita +
    01 Dandim Apresiasi Prajurit yang Melaksanakan Purna Tugas
    02 PPI Sumut, Detektif Monitor dan P.BKMAD Berkolaborasi Membangun Kesejahteraan dan Meluruskan Sejarah Melayu Deli
    03 LSM Garda Timur Indonesia Memperkuat Sinergitas dengan Deninteldam XIII/Mdk
    04 Hendrik Pakpahan, S.H Mengapresiasi Kinerja Penyidik Polrestabes Medan
    05 Plt Kajari SBB dan Jajaran Ikuti Kunjungan Kerja Virtual Jaksa Agung RI
    06 Berantas Halinar, Rutan Rengat Konsisten Gelar Razia Blok Hunian
    07 AMSB Desak Pemerintah Buton Selatan Tuntaskan Krisis Listrik dan Aktivitas Alat Barat di Pulau Siompu
    08 Dana Hibah 150 Juta Karang Taruna Kabupaten Mandailing Natal Dipertanyakan
    09 Tim Itwasum Polri Bertolak ke Kapolres Tebing Tinggi dalam Rangka Pengawasan Ops Ketupat Toba 2025
    10 Bamsoet Ajak Perkuat Persatuan dan Kesatuan Bangsa di Tengah Tantangan Global
    11 Babinsa Gotong Royong Bangun Talud, Permudah Akses Petani Menuju Sawah
    12 Kemendagri Terima Penghargaan dari Ombudsman RI
    13 Polres Tebing Tinggi Tindaklanjuti Pengaduan Masyarakat Terkait Peredaaran Narkoba di Kelurahan Teluk Karang
    14 HMI Soroti Realitas Kemiskinan dan IPM Kabupaten Buton Utara Tahun 2024/2025
    15 Danramil Sawit Dampingi Bulog ke CV.Mitra Tani
    16 Pemerintah Instruksikan Kepala Daerah Baru Segera Susun RPJMD dan Renstra
    17 Berinteraksi Langsung dengan Masyarakat Satgas Yonif 641/Bru Pos Bolakme Melaksanakan Anjangsana
    18 Polres Madina Jadwalkan Pemanggilan Kasus Penipuan Jasa Pengiriman
    19 Aksi Deklarasi Gerak Misi Cabang Pinrang, Ishaq : Kami akan Kawal Aspirasi dan Isu-Isu Daerah di PinrangĀ 
    20 Saksi Mendengar Suara Rintihan Minta Tolong dari Kamar Korban
    21 Gegara Nyalakan Mancis Disaat Isi BBM, 2 Rumah dan 1 Unit Septor Terbakar di Tebing Tinggi
    22 Kasad: Jadikan Momentum Idul Fitri untuk Bekerja dan Mengabdi Lebih Baik Lagi
     
     
     
    Galeri Foto | Advertorial | Indeks Berita
    Redaksi | Disclaimer | Pedoman Media Siber | Tentang Kami | Info Iklan
    © zoinnews.com